Depok – Seorang mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jamaludin, mengaku menjadi korban kesalahan tes hasil PCR Covid-19 yang dikeluarkan salah satu rumah sakit di Depok. Padahal, ia merasa belum pernah menjalani tes tersebut.
Melalui keterangan tertulis yang diterima Beritasatu.com, Jamaludin yang tinggal di Ciputat, Tangerang Selatan, saat ini bekerja di perusahaan swasta nasional, dan kini sedang melanjutkan kuliah sebagai mahasiswa S2 Ilmu Lingkungan UI.
Kejadian bermula ketika pada Rabu (9/2/2022), sekitar pukul 03.00 subuh, ia menerima pesan dari aplikasi WhatssApp Kemenkes yang menyatakan dia positif Covid-19, dilansir beritasatu.com.
“Lalu saya mengecek aplikasi PeduliLindungi dan mendapatkan hasil PCR saya positif dari laboratorium RS Brawijaya Depok. Sebelumnya saya tidak pernah melakukan PCR swab sekalipun di RS Brawijaya Depok,” jelasnya.
Merasa ada yang tidak beres, Jamaludin kemudian menghubungi 119 ext 9 untuk melakukan konfirmasi status PCR positif tersebut.
“Sekaligus untuk mempertanyakan mekanisme perubahan status yang menurut saya tidak benar. Lalu, saya berhasil terhubung dengan 119 ext 9 namun operator menyatakan kalau PeduliLindungi hanya menerima data tersebut dan saya diarahkan untuk menghubungi RS Brawijaya Depok,” Jamal bercerita.
Setelah itu, ia sempat menghubungi RS Brawijaya Depok melalui call centre tetapi belum berhasil dan dia kembali menghubungi IGD RS Brawijaya Depok. Namun, keluhan tersebut hanya ditampung dan diteruskan oleh pihak laboratorium rumah sakit.
“Di sini saya agak kesulitan untuk komunikasi dengan pihak RS Brawijaya Depok. Lalu, saya menghubungi juga call centre Grup RS Brawijaya, namun hanya dicatat dan diteruskan ke unit RS Brawijaya Depok,” tuturnya.
Lalu, sekitar pukul 06.30 WIB, Jamaludin dihubungi oleh RS Brawijaya Depok bahwa data tersebut tidak dapat diubah dan akan hilang dalam 14 hari.
“Dengan kondisi tersebut artinya aplikasi PeduliLindungi atas nama saya memiliki status hitam dengan PCR positif. Lalu saya kembali menghubungi 119 ext 9 dan meminta arahan, operator menyampaikan data dapat diubah oleh pihak RS atau laboratorium yang input dan saya pun diarahkan untuk datang ke rumah sakit,” katanya.
Akibat kejadian ini, Jamuludin merasa sangat dirugikan.
“Hari tersebut, pekerjaan saya menjadi terbengkalai karena harus meninggalkan pekerjaan untuk mengurus hasil PCR positif yang tidak benar dan tidak valid,” keluhnya.
Akhirnya, ia memutuskan datang langsung ke RS Brawijaya Depok untuk melakukan pengurusan.
“Hal ini tentu menimbulkan risiko terpapar bagi saya, karena mendatangi rumah sakit yang kemungkinan bertemu dengan pasien terpapar Covid-19 sangat tinggi.”
Setibanya di sana, ia minta dihubungkan dengan pihak pengelola rumah sakit, dan akhirnya ditemukan oleh marketing RS Brawijaya Depok dan kepala laboratorium. Menurut dia, mereka menyampaikan bahwa pihak rumah sakit ada salah input data yang kebetulan nama dan tanggal lahir sama.
“Kemudian, saya meminta pihak RS untuk menghubungi pihak aplikasi PeduliLindungi untuk melakukan perubahan. Saat itu, mereka tidak berhasil tersambung dengan 119 ext 9 (sesuai arahan operator sebelumnya),” katanya.
Lalu, RS Brawijaya Depok, melalui kepala laboratorium menginformasikan sudah merubah datanya dan menunggu pihak PeduliLindungi untuk approved. Disampaikan, 15-30 menit hasilnya akan berubah. “Lalu saya keluar dari ruangan dan menunggu di mobil. Hingga jam 12 siang, belum juga ada updatenya,” sambung dia.
Tak lama kemudian, lanjut Jamaludin, seorang pria yang mengaku bernama Among selaku perwakilan direksi RS Brawijaya Depok menyampaikan akan menyelesaikan kasus ini untuk menghapus data di PeduliLindungi.
“Saya juga meminta surat permintaan maaf tertulis dari pihak RS terkait dengan kesalahan input. Bapak Among akan menunggu approval dari pimpinan dan legal,” ujarnya.
Pada 10 Februari 2022, Jamaludin kembali mengkonfirmasi ke pihak RS Brawijaya Depok terkait hasil PCR tersebut. Kata dia, mereka mengkonfirmasi dan info dari pihak rumah sakit masih menunggu pihak aplikasi PeduliLindungi untuk melakukan persetujuan perubahan data.
“Saya berharap dengan saya mengirimkan email ini, pihak RS Brawijaya Depok dapat melakukan evaluasi terkait dengan kesalahan input ini yang berakibat sangat fatal dan merugikan saya dari sisi waktu, tenaga dan pikiran. Selain itu, saya pun harus ke RS dan berisiko terpapar di RS karena bertemu dengan banyak orang yang saya tidak ketahui riwayatnya,” ujarnya.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya data pada aplikasi PeduliLindungi Jamaludin kembali normal. Namun demikian, ia tetap berharap pihak rumah sakit secara resmi menyampaikan permintaan maafnya dengan cara tertulis.
Ketika dihubungi Beritasatu.com, call center RS Brawijaya Depok belum merespons.(*/cr2)