Sin.co.id-Gubernur Bali, Wayan Koster melakukan pengembangan varietas bunga gumitir sebagai langkah nyatanya menghentikan kegiatan impor benih dan bibit bunga gumitir, dengan merevolusi pertanian di Bali yang mampu menghasilkan benih dan bibit bunga Gumitir Bali Sudamala sebagai bagian dari capaian 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.
Untuk memulai pengembangan bunga Gumitir Bali Sudamala, Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini memimpin langsung kegiatan penanaman bunga Marigold atau Gumitir di Kebun Percobaan Bali Gumitir, Antapan, Baturiti, Tabanan pada, Rabu (Buda Paing, Landep) 31 Mei bersama para petani dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, Ketua Tim Peneliti Gumitir Sudalama dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Muhamad Syukur, SP,M.Si dan anggota Tim Peneliti, Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, Prof. Dr. Dewi Sukma, Dr. Ir. Syarifah, beserta GM Bali Gumitir Group, Agus Ervani Sjoekoer.
Pengembangan varietas bunga Gumitir Bali Sudamala dengan menghasilkan benih dan bibit, adalah gagasan haluan pembangunan Gubernur Bali, Wayan Koster dibidang pertanian agar Bali berdikari secara ekonomi secara berkelanjutan. Idenya yang cerdas itu, memiliki tujuan mulia yaitu untuk menghentikan aktivitas impor benih dan bibit bunga gumitir yang dilakukan selama ini oleh para petani, dengan harapan petani memanfaatkan betul benih dan bibit bunga Gumitir Sudamala.
Gubernur Wayan Koster menegaskan bibit bunga Gumitir Sudamala yang ditanamanya hari ini membutuhkan waktu 2 bulan untuk berkembang dengan menghasilkan bunga Gumitir Sudamala. “Saya akan datang pada akhir bulan Juli mendatang untuk memanen bunga gumitir yang Kita tanam. Namun Saya minta Dinas Pertanian Provinsi Bali agar gencar memprogramkan penanaman bunga Gumitir Sudamala di Kabupaten/Kota se-Bali,” ujar Wayan Koster yang mengagas lahirnya bunga Gumitir Sudamala sampai diminati oleh para ilmuan dan mahasiswa S3, 12 mahasiswa S2, serta 8 mahasiswa S1 untuk bahan penelitian.
Sebelum berhasil memprogramkan benih dan bibit bunga Gumitir Sudamala, Gubernur Koster sempat berfikir apakah bisa dikembangkan benih gumitir? “Dalam pikiran sederhana Saya, pengetahuan untuk riset benih, tidak seberat bikin pesawat ulang alik dan membuat produk industri lainnya. Kita punya ahlinya di Fakultas Pertanian Unud sampai di Institut Pertanian Bogor,” kata Gubernur Bali jebolan ITB ini seraya mengatakan pada saat itu langsung memanggil Prof. Dewa Ngurah Suprapta bersama akademisi dari IPB, Prof. Muhamad Syukur untuk melakukan penelitian bunga Gumitir Sudalama pada tahun 2019.
Gubernur Koster berharap Para peneliti mampu menciptakan benih dan bibit bunga Gumitir Sudamala yang bisa ditanam di daerah pesisir, dataran rendah, hingga di wilayah pegunungan. Hal ini untuk menjawab kebutuhan masyarakat petani yang sangat tinggi terhadap bunga gumitir. Sehingga para petani di Bali yang menanam gumitir tidak lagi impor benih dan bibit dari negara luar.
“Masak gini saja Kita impor, malu betul. Sebagai negara agraris dan maritim, terlalu lama bangsa ini dimanfaatkan sebagai negara yang bergantung dari impor, seperti impor beras, impor bawang putih, sampai impor garam. Ini terbalik, dimana sebetulnya komitmen politik negara untuk merubah cara pandang, perilaku, dan gerakan untuk menjadikan potensi negara agraris dan maritim sebagai penghasil berbagai produk pertanian dan kelautan. Harusnya kita yang melakukan ekspor,” kata mantan Anggota DPR RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini seraya menegaskan Bali harus maju dari hulu sampai ke hilir, sehingga pertanian bunga gumitir betul – betul menjadi sumber perputaran ekonomi di Pulau Dewata. “Untuk itu, jangan lagi Kita impor benih gumitir supaya Bali betul – betul berdikari dibidang ekonomi”, pungkasnya.
Bunga Gumitir Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi
Para peneliti mengungkapkan bunga gumitir memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi dan menghasilkan perputaran uang yang sangat besar. Setiap tahun uang yang beredar untuk pembelian bibit bunga gumitir bisa mencapai Rp. 20 Miliar hingga Rp. 30 Miliar, petani membelinya melalui cara impor. Mengapa bunga gumitir begitu sangat diminati, karena setiap harinya kebutuhan Bali terhadap bunga ini sangat tinggi untuk keperluan sarana upacara keagamaan Hindu hingga dimanfaatkan sebagai sarana dekorasi, sehingga tidak heran kalau per hari kebutuhan bunga gumitir ini mencapai 20 hingga 40 ton.
GM Bali Gumitir Group, Agus Ervani Sjoekoer dalam sambutannya menyambut baik upaya Gubernur Bali, Wayan Koster dalam mewujudkan kemandirian Bali dalam pemenuhan benih dan bibit bunga gumitir yang selama ini masih diimpor dari Thailand. Selain itu, program yang diarahkan untuk menciptakan varietas Gumitir Sudamala dengan warna yang beragam juga dinilai sebagai terobosan yang sangat revolusioner. Bunga gumitir merupakan tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dan menghasilkan perputaran uang sangat besar.
“Saya mencatat setiap tahun uang yang beredar untuk pembelian bibit mencapai Rp. 20 Miliar hingga Rp. 30 Miliar, Kalau bisa Bali memproduksi benih dan bibit sendiri, dan kita bisa stop impor. Ternyata masalah ini dijawab langsung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster, karena bunga ini memiliki banyak manfaat ekonomis. Selain dimanfaatkan umat Hindu sebagai sarana upacara, bunga ini juga banyak dibutuhkan untuk mempercantik, diolah menjadi skincare, pakan ternak, bahan baku omega tiga untuk ikan koi dan belakangan sudah bisa diolah menjadi makanan,” ungkapnya.
Akademisi Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Muhamad Syukur, SP, M.Si selaku Ketua Tim Peneliti Gumitir Sudalama memberikan apresiasi kepada Gubernur Bali, Wayan Koster yang mengagas penelitian bunga Gumitir Sudamala untuk mewujudkan salah satu amanah Presiden RI Pertama, Bapak Ir. Soekarno yaitu Berdikari dibidang Ekonomi’. “Untuk mewujudkan amanah itu, Bapak Gubernur Bali menaruh perhatian terhadap keberadaan bunga gumitir yang merupakan tanaman penting bagi masyarakat Bali, karena berkaitan dengan sarana upacara,” kata Prof. Syukur.
Sejak menerima tawaran penelitian pada tahun 2019, selama empat tahun Kami bekerja keras hingga akhirnya bisa menciptakan varietas gumitir baru yang diberi nama Gumitir Sudamala. Hingga saat ini, telah dihasilkan tujuh varietas baru yaitu Sudamala Orange 1 dan 2, Sudamala Emas 1 dan 2, Sudamala Kuning, Sudamala Merah dan Putih. “Warna yang kita hasilkan lengkap. Ini merupakan awal dari revolusi kita dalam pengembangan bunga yang sangat sejalan dengan amanat Bung Karno, dimana kunci sukses dari revolusi di bidang pertanian adalah ketersediaan bibit unggul. Bahkan Presiden Bung Karno pernah menyinggung tentang swasembada varietas unggul pada peletakan batu pertama pembangunan Fakultas Pertanian IPB pada tahun 1952,” pungkasnya.(rls)