Pandemi Covid-19 telah berjalan kurang lebih 15 bulan yang memberi guncangan cukup keras di hampir seluruh sektor sosial ekonomi, dimana Bali menjadi provinsi paling terdampak dengan angka pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2021 sebesar -9,85% (yoy).
Berbagai upaya pemulihan telah dilakukan, termasuk memperluas cakupan vaksinasi COVID-19 kepada seluruh lapisan masyarakat di Bali serta adaptasi pemanfaatan media dan kanal digital yang telah diterapkan pada berbagai sektor. Dengan pembatasan sosial yang dilakukan dan meningkatnya urgensi faktor contactless, cleanliness, health, safety and environment sustainablity (CCHSE), masyarakat kini cenderung lebih berhati-hati dan beralih ke segala sesuatu serba tanpa kontak fisik/tatap muka.
Dari perubahan pola perilaku tersebut, digitalisasi menjadi salah satu cara terbaik untuk terus mendorong roda ekonomi di sektor perdagangan termasuk pasar-pasar tradisional agar tetap berjalan.
Maka dari itu akselerasi implementasi QRIS di wilayah Bali perkembangannya sangat cepat dan masuk kedalam peringkat 7 besar Nasional.
Maka transformasi digital pasar tradisional akan terus diperluas ke seluruh pasar tradisional di Kota Denpasar. Adapun digitalisasi yang diterapkan yakni meliputi implementasi pungutan berbasis elektronik hingga cara pembayaran nontunai berbasis QRIS.
“Inovasi layanan-layanan ini semuanya mendukung social dan physical distancing karena memfasilitasi transaksi tanpa kontak fisik untuk pedagang dan transaksi tanpa tatap muka (TTM) dengan QRIS TTM untuk pembeli. Semua dapat dilakukan hanya menggunakan smartphone,” pungkas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, Selasa (29/6) di Denpasar. (*/cr2)
Sumber: ekbis.beritabali.com